Menulis Diary : Ruang Ekspresi, Literasi dan Muhasabah Santri

---

2025-09-16

Menulis adalah keterampilan dasar yang menjadi jejak peradaban dan cermin kemajuan ilmu. Di Pesantren Bisnis SMK Skill Village Islamic School, Jonggol, Bogor, santri tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan kejuruan, tetapi juga dilatih untuk membangun budaya literasi. Salah satu kebiasaan yang ditanamkan adalah menulis diary setiap malam. Di SMK Skill Village Islamic School, menulis diary juga diposisikan sebagai salah satu bentuk habituasi dalam Teknik Skillage Quantum, yaitu Second Brain.

Sejarah membuktikan bahwa banyak ilmuwan dan cendekiawan besar menjadikan catatan pribadi sebagai “otak kedua” atau “dairy” mereka. Ibnu Sina (Avicenna), misalnya, menuliskan pemikiran dan refleksi ilmiahnya dalam catatan yang kemudian berkembang menjadi kitab Al-Qanun fi al-Thibb, rujukan kedokteran selama berabad-abad. Al-Khawarizmi, bapak aljabar, juga menuangkan hasil pemikirannya dalam manuskrip yang hingga kini menjadi fondasi ilmu matematika modern.

Kebiasaan menulis catatan ini membuktikan bahwa diary bukan sekadar tulisan pribadi, melainkan warisan ilmu yang abadi. Dengan menulis diary, para santri diajak untuk meneladani tradisi besar para cendekiawan, yaitu menjadikan catatan harian sebagai second brain, memori eksternal yang menyimpan gagasan, pengalaman, dan pelajaran berharga yang dapat dijadikan rujukan di kemudian hari.

Manfaat Menulis Diary Bagi Santri

Melalui kegiatan menulis diary santri mendapatkan banyak manfaat diantanya  :

1. Tempat mengelola emosi, mengasah kepekaan social, dan menumbuhkan muhasabah atas aktivitas yang mereka Jalani setiap hari.
2.  Mengasah keterampilan menulis dan membiasakan berpikir tertata dan runtut
3. Melatih daya pikir kritis dan mengasah imajinasi
4.  Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan menulis harian
5. Membangun kesadaran diri, santri lebih mudah melakukan evaluasi dari hal yag telah dilakukan
6. Menumbuhkan kreativitas literasi

Pembiasaan di Pesantren

Kegiatan menulis diary di pesantren biasanya dilakukan menjelang waktu istirahat malam. Santri diberikan waktu sekitar 10 menit untuk menuliskan pengalaman yang telah dijalani. Fasilitator sering kali memberikan tema sederhana, misalnya “hal yang dirasakan hari ini” atau “nilai kebaikan yang dipelajari hari ini”. Dari sini, santri belajar memetik hikmah dari setiap kejadian dan menjadikannya pelajaran berharga.

Dalam dunia pendidikan, diary dikenal sebagai sarana reflective learning proses belajar yang mendorong siswa untuk menilai kembali pengalaman sehari-hari serta menarik makna dari dalamnya. Santri yang terbiasa menulis diary akan lebih terlatih dalam melakukan evaluasi diri, sebuah keterampilan penting dalam membentuk pribadi mandiri dan berkarakter.

Perspektif Islam Tentang Menulis Diary dan Muhasabah

Islam menempatkan kegiatan mencatat pada posisi yang mulia. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Kahfi: 49 bahwa setiap amal manusia akan dicatat dengan teliti, laksana “diary kehidupan” yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Menulis diary sejatinya dapat menjadi latihan muhasabah, yakni mencatat kebaikan, merenungi kesalahan, serta mensyukuri nikmat Allah setiap harinya.

SMK Skill Village Islamic School meyakini bahwa pembiasaan menulis diary adalah investasi jangka panjang. Kebiasaan ini mengajarkan santri untuk berpikir kritis, menjaga keseimbangan emosi, serta menjadikan tulisan sebagai cermin diri dan bekal amal.

Dengan demikian, kegiatan sederhana ini bukan sekadar literasi, tetapi juga ibadah dan muhasabah, sesuai dengan nilai Islam yang menekankan pentingnya mencatat dan merefleksikan amal perbuatan.